It's Amazing

Minggu, 04 Januari 2015

PERJALANAN HIDUP

                                                    -PERJALANAN HIDUP-



Nama saya Siti Hartinah, umur 18 tahun dan sekarang saya adalah seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta Gunadarma. Saya menulis catatan panjang sejarah hidup disini bukan untuk curhat tapi untuk tugas salah satu mata kuliah yang diberikan seorang dosen, beliau menugaskan untuk menulis catatan hidup diri sendiri mulai lahir sampai yang sekarang ini dalam 12 halaman (10 sejarah + 2 puisi), sebenarnya tidak berat juga megetik 12 halaman tugas tanpa persyaratan yang menyusahkan kecuali berat di tangan yang harus terus menerus mengetik tanpa henti ditambah lagi tingkat keenuhan yanga akan semakin meningkat. Tapi setidaknya saya tidak harus mencari referensi dan hal-hal lain seperti membuat karya tulis lain, ini hanya bibliografi yang menceritakan diri sendiri yang hanya butuh ingat apa saja yang pernah terjadi dan dialami oleh saya. Baiklah saya akan mulai menulis sebagian hidup saya.
Saya gadis asal tangerang, kelahiran 20 mei pada tahun 1996 pada masa pemerintahan Pak Soeharto, dan memang nama saya sendiri pun diambil dari nama istri pak harto, ibu tien yang wafat pada 28 april 1996, bertepatan dengan tahun kelahiran saya dan hanya seling 22 hari setelah kemaian ibu tien. Mungkin ayah dan ibu saya ketika itu tidak punya inspirasi lain dan kebetulan juga saat itu misteri wafat nya ibu tien menjadi trending topik saat masa itu. Tapi sesungguhnya saya sendiri penasaran sebenarnya apa arti siti hartinah itu dan karena ayah saya mengambil nama itu dari orang lain yang berarti ayah saya sendiripun tidak tau apa artinya, kadang-kadang saya sendiri sering kali bertanya-tanya pada diri sendiri, siapa yanng memberi nama siti hartinah itu pada ibu tien? Apakah orang tuanya? Atau leluhur-leluhurnya terdahulu? Dan saya semakin penasaran ketika saya mengetahui bahwa ibu tien dikaakan sebagai wanita yang sangat istimewa beliau adalah wanita pemberi wahyu dan siapa saja yang berada didekatnya dan ikut mendampinginya akan merasakan kebahagian terbukti ketika 2 tahun sepeninggalan ibu tien pak soeharto menjadi terpuruk dan pemerintahannya sendiri sehingga harus diturunkan dari jabatannnya dengan cara yang tidak terhormat, mungkin semenjak itu juga lah semua keluarga soeharto merasa kecewa dan sedikit demdam pada pemerinthan sehingga sampai cucu-cucu nya sekarang tidak ada yang terlibat atau terjun pada politik lagi seperti soeharto dulu dan mereka lebih cenderung dengan dunia bisnis mmilik keluarga. Ayah saya bilang masa kecil saya berlangsung bersamaan dengan pergantian orde baru soeharto, ketika itu masyarakat ricuh dan terjadi demo dimana-mana, bahkan ketika peristiwa semanggi ayah saya sampai tidak berani pulang dan bermalam dikantornya. Padahal ketika itu ibu saya sedang ketakutan dirumah sendirian sedangkan anak-anaknya masih keci-kecil. Yah, apa boleh buat daripada ayah saya dirampok dijalan bila pulang malam itu juga dan lebih takut bila setelah dirampok akan dibunuh, yang akan menyebabkan keluarganya terlantar nantinya. Karena kabarnya di jembatan semanggi itu terjadi kericuhan besar-besaran sampai banyak warga sipil yang perang dengan petugas keamanan yang saling menembak.  Bahkan ada kabar pula yang mengatakan bahwa banyak warga-warga yang menjarah para toko-toko dan supermarket terutama jika pemiliknya adalah pendatang-pendatang cina, sampai-sampai ketika itu ada waga cina yang lari ketakutan membawa mobilnya dan ditinggal begitu saja dibandara kemudian dia pergi kenegara asalnya tanpa membawa apa-apa karena lebih takut dibunuh lebih dulu oleh warga-warga yang sedang mengamuk.
Saya tidak ingat ketika saya lahir dan semua orang yang pernah lahir pun juga begitu tapi saya juga tidak ingat masa-masa ketika saya masih bayi juga balita, yang saya ingat hanya beberapa potongan scene ketika saya sudah kanak-kanak. Tapi menurut beberapa cerita orang disekitar saya ketika kecil (mungkin berkisar umur 1 tahun keatas) saya adalah anak yang pendiam dan tidak banyak mengoceh. Kebanyakan balita pada umur segitu selalu mau didekat ibunya apalagia apabila digendong oleh orang yang tidak dikenal akan menangis, tapi tidak begitu pada saya. Menururt ibu saya sendiri ketika kecil orang-orang selalu membawa saya pergi kemana-mana bahkan seharian. jika mereka tidak lupa mengembalikan saya, mungkin mereka bisa terus membiarkan saya menginap dirumah-rumah mereka dan akhirya saya diadopsi. Karena saya tidak pernah menangis atau merewel meminta pulang atau meminta bertemu dengan ibu saya, jadi mereka tidak khawatir membiarkan saya bermain dirumah mereka seharian. Jika mereka meminjam saya, sering kali ibu saya yang harus mendatangi rumah-rumah para tetangga itu karena mereka lupa mengembalikan anaknya. Sebenarnya saya juga tidak tahu apa alasannya, mungkin ketika itu saya bukan menunjukan sifat pendiam melainkan sifat cuek, bila dilihat sekarang pun memang saya adalah orang yang cuek dan banyak tidak peduli.
Baiklah sekarang berlajut pada cerita yang selanjutnya, kini memory ketika saya mulai memasuki sekolah dasar.  Saat sekolah dasar saya termasuk orang yang menyenangkan, aktif, juga supel. Entah mengapa saya bisa berubah menjadi orang yang seperti itu padahal bila diingai-ingat ketika saya di taman kanak-kanak saya hampir tidak punya teman, juga saya hanya berbicara pada beberapa orang, bahkan setiap jam istirahat yang biasa saya lakukan adalah melihat anak-anak yang lain bermain mainan yang disediakan yayasan. Sebenarnya saya juga ingin ikut bermain tapi saya berpikir mungkin jika saya meminta mainan mereka mereka juga tidak akan memberikannya, satu karena saya bukan teman mereka, dan kedua kebanyakan dari mereka tidak mau bermain dengan orang-orang yang tidak dekat dengan mereka sejak dulu. Pernah suatu hari di taman kanak-kanak itu terjadi insiden memalukan yang menjadikan saya populer di masa-masa akhir tahun menjelang kelulusan. Ketika itu jam istirahat, dan seperti biasa saya hanya melihat anak-anak yang sedang bermain. Tapi kali ini tidak duduk karena tempat duduk itu dikuasai oleh anak-anak yang berbadan lebih besar dari saya jadi saya berdiri didepan daur pintu masuk kelas, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki berbadan besar dan tinggi dan rambutnya juga gondrong tidak seperti anak-anak lain yang botak, dia berjalan ke arah saya, makin lam saya semakin takut kemudian saya mundur-mundur tapi tiba-tiba anak itu langsung loncat menubruk saya lalu menyambak-nyambak rabut saya yang ketika itu masih bondol, dia juga memukul-mukuli saya seakan-akan anak Autis itu mempunyai dendam tersendiri. Karena tidak tahu apa sebab akibat yang pasti saya hanya bisa menjerit-jerit yang lebih menyedihkan lagi walau keadaan saya ketika itu sedang bahaya dan sangat amat memerlukan pertolongan, saya melihat teman-teman saya yang lain hanya mengelilingi saya sambil menontoni adegan gulat itu tanpa adanya tindakan atau inisiatif memint pertolongan ibu guru.entah anak-anak sekolah itu bodoh atau mereka tidak peduli ketika itu saya sedikit jengkel dengan mereka. Pelajaran yang diambil: pertama, jangan bergantung pada orang lain, kedua, berdirilah sekokoh mungkin diatas kaki sendiri, dan ketiga, jangan terlalu berharap banyak pada orang lain, karena bila tak sesuai dengan apa yang kita harap itu sangat me-nya-kit-kan.
Dan akhirnya saya menjadi murid Sekolah Dasar Negri. Anehnya saat SD saya termasuk orang yang gampang sekali bergaul, entah mengapa? Mungkin karena Saat itu saya orang yang suka memberi contekan tugas dan latihan kepada anak yang lain. tapi itu hanya terjadi pada saat-saat awal tahun-tahun sekolah setelah kelas 4 dan seterusnya justru saya malah ikut menerima sihir bantuan dari anak yang pintar dikelas. Dan sudah pasti ketika itu saya sudah mempunyai koloni sendiri. Sebenarnya bisa saja semua kejadian dan hari-hari saya disekolah saya tulis disini, tetapi karena ingatan saya yang terbatas dan juga waktu yang tidak banyak mengingat saya harus mengejar tugas yang lain maka saya hanya menuliskan potongan-potongan cerita yang ada.
Dimulai dari wali kelas saya yang tidak pernah berganti sejak 4 tahun terakhir, tidak seperti kelas-kelas yang lain yang setiap tahunnya melihat muka baru sedangkan kami tetap harus melihat bapak wali kelas kami yang berwajah sangar, berkepala botak, berkumis tebal, juga berbadan tinggi besar. Seakan menampilkan gaya bodyguard ciri khas pak ahmad. Tidak tahu apa alasan pribadinya yang tetap mau menjadi wal kelas kami, yang jelas sebenarnya setiap pergantian tahun kami selalu berharap mendapatkan wali kelas yang lebih baik daripadanya. Tetai kenyataan tidak seindah mimpi beliau telah mendapatkan nobelnya atas menjadi wali kelas kami sejak kami kelas 3 SD sampai mengiringi kelulusan kami. Mengingat kesadisannya jika mengajar dikelas ketika kelas 6 pun kami terpacu untuk segera lulus dan mennggalkan kelas abadi itu.
Saya lulus dari Sekolah Dasar dan berencana melanjutkan di SMP Negri juga tetapi takdir tidak berpihak pada saya. Setelah lulus saya minta orang tua saya untuk mendaftarkan saya di SMP negri yang letaknya tidak jauh dari rumah tapi tiba-tiba ayah saya mengatakan bahwa saya tidak akan sekolah di mana pu kecuali Yayasan Pesantren berasrama. Tapi saya tidak menurut begitu saja, saya tetap mendaftar di SMP Negri baru yang namanya lumayan cukup tersohor dan saya membuat kesepakatan dengan ayah saya. Saya memakai uang ayah saya unuk biaya pendaftaran dan apabila saya lulus saya akan mengganti uang itu tetapi bila sebaliknya maka saya siap di tmpung di Yayasan Pesantren. Dan akhirnya takdir tak memihak pada sang pemilik cerita, saya dinyatakan tidak lulus dari tes masuk, mau tidak mau saya harus masuk ke Pesantren karena janji yang harus ditepati.
Kita lanjut pada umur dimana anak memasuki tahap awal pubertasi, biasanya saat SMP itu waktunya. Dan benar saja saya mengalami baligh saat kelas satu SMP juga mulai berpikir lebih rasional dan belajar untuk dewasa pada masa ini. Tapi tetap saja kebutuhan hidup masih ditanggung oleh orang tua karena diindonesia anak yang masih dibawah 20 tahun apalagi belum mendapatkan pekerjaan merupakan tanggungan orang tua. Banyak pengalaman yang terjadi pada masa ini dan tentu saya banyak belajar saat berada dipensantren. Sempat saya mengalami konflik batin dan perang ideologi dalam diri saya sendiri karena itulah saat SMP saat lebih banyak diam, dan menyendiri tappi beruntunglah perang ideologi yang saya alami hampir 3 tahun itu berakhir dengan perubahan diri yang lebih baik karena pada masa-masa sulit itu saya banyak merenungi alam dan banyak intropeksi diri juga menyadarkan diri akan tanggung jawab serta tujuan hidup yang hakiki.
Saat pertama kali masuk dunia santri ini saya ditempatkan pertama kali di pondok salafiah yaitu sekolah yang mempelajari seputar dunia islam juga mempejari banyak kitab-kitab dibanding pondok umum. Walau ketika itu saya mengalami sedikit guncangan karena tugas disana banyak menghafal kitab-kitab yang kadang saya tidak mengerti apa yang saya hafalkn dan pelajari tapi tetap saya para pengajar disana menekan dan mencekoki para murid nya untuk menghafal-hafal berbagai macam kitab. Awalnya memng saya tidak mengerti tapi seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit saya mengerti seperti pepatah yang mengatakan  sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dan ada syair yang saya ingat yang pernah saya alami mengenai ilmu bunyinya “sayakti lakkal ayyamu ma kunta jahilan wa yaktikaa bil ahbari ma lam tujawwidi” yang merupakan karya imam syafei, yang memiliki arti “akan datang kepadamu hari-hari dimana membuat kamu bodoh dan setelah itu, suatu hari akan datanglah hari yang membawa penjelasan dari jawaban yang belum kamu dapatkan”. Syair ini memiliki arti yang bagus dan indah, dan apabila direnuni memang benarlah uangkapan yang ada pada syair ini, saya sendiripun pernah mengalaminya.
Pada kelas 2 SMP saya pindah kepondok pesantren modern namanya adalah pondok pesantren Daarul Rahman 3 Depok, mengapa? Saya sendiri pun tidak tahu alasannya. Ini adalah keputusan ayah saya saya hanya menurutinya saja karena saya tahu smua ini memang sudah direncanakan olehnya sejak awal. Saya percaya pada keputusan ayah saya walau saya sebenarnya belum tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi entah mengapa saya tidak khawatir akan itu, karena hati saya mengatakan iya maka saya pun mengatakan iya, bila ada sesuatu yang menganjal dan saya merasakan feeling yang buruk maka saya akan menentukan keputusan sendiri. Itulah saya, saya akan katakan ya bila hati saya mengatakan ya dan mengatakan tidak bila hati saya menolaknya. Tapi ayah saya tahu apa yang baik untuk para anaknya.
Dan akhirnya saya berada di pondok pesantren modern, mata pelajaran disini cukup banyak karena sekolah ini adalah perpaduan antara sekolah umum dan sekolah agama, awalnya saya merasa tidak cocok dengan lingkungannya karena ada beberapa faktor yang tidak ada dalam diri saya, karena itu saya terpaksa mengubah gaya hidup saya, pola pikir, cara pandang, tetapi semua pengorbanan yang saya lakukan ini menghasilkan prinsip baru dalam hidup saya, saya belajar banyak dalam menjalani hidup berkat pengalaman-pengalaman baru yang saya dapat dari menjeljahi berbagai tempat dengan berbagai macam kelompok orang yang memmiliki pola pikir yang berbeda, dengan begitu saya bisa mudah mempelajari orang dan cara-cara adaptasi untuk dapat berbaur dengan suatu kelompok.
Sedikit demi sedikit saya mengerti mereka, awalnya jarang sekali dari mereka yang memberi perhatian kepada seorang anak baru tapi sedikit demi sedikit mereka tahu bahwa seorang anak baru juga sama seperti mereka maka mereka pun membuka ruang untuknya.
Ketika saya menjalani kegiatan akademik sekolah itu saya sedikit mendapatkan gangguan dan kesulitan, faktanya apa yang mereka kuasai sudah jauh melebihi saya, awalnya saya sedikit minder dengan ketertinggalan itu saya pikir saya tidak bisa untuk menyamai mereka. Tapi dengan usaha dan kerja keras saya akhirnya bisa berada ditempat mereka justru sebagian dari mereka secara tidak sadar telah saya lewati. Sejak saat itu saya yakin tidak ada usaha yang sia-sia, segala sesuatu yang dilakukan manusia selalu memiliki dampaknya endiri baik besar maupun kecil pengaruhnya. Tetapi semakin besar usaha yang kita kumpulkan semakin besar pula hasil akhirnya. Teori ini bahkan ada dalam suatu rumus fisika dimana usaha sebanding dengan percepatan dan massa benda itu artinya semakin besar usaha yang dilakukan semakin besar pula suatu benda atau apapun melakukan perpindahan. Bila kita ibaratkan manusia yang mengalami kenaikan atau kesuksesan berkat usaha yang dilakukannya. Apabila ketika itu saya menyerah maka saya tidak akan sampai seperti saat ini, itulah mengapa Tuhan memberikan akal untuk membantu manusia berpikir, agar setiap manusia bisa memikirkan dia ingin menjadi apa dimasa depannya.
Berkat suatu hidayah itu bahkan saya bisa mengajarkan teman-teman saya yang mengalami ketertinggalan seperti saya dulu, tappi semua memang tergantung pada kemauan manusia itu sendiri. Saya dulu sempat mengikuti olimpiade matematika tingkat SMP di kabupaten Depok karena kepercayaan guru-guru dan teman-teman akan kerja keras saya, tapi tetap saja saya sebenarnya tidak bisa menguasai ilmu eksact, itulah ketidakmampuan saya sejak dulu. Saya hanya memahami dasar dan mengerti sekedarnya saja, tapi bila saya dihadapkan pada suatu soal yang sudah berbeda bentuk saya akan merasa kesulitan menyelesaikannya. Pasalnya yang saya kuasai sebenarnya adalah menghafal sesuatu ketika saya belajar eksact untuk ujian pun saya baru sadar ternyata yangn saya pelajari selama ini adalah menghafal bentuk soalnya. Karena itulah saya sering terkecoh bila ada soal yang tidak pernah saya temmui sebelumnya walaupun itu dalam jenis materi yang sama. Selama dua tahun terakhir SMP disana saya merasa kedamaian yah walaupun sebelumnya saya akui saya sering menangis sendirian bila saya tidak bisa menangani masalh konflik atau masalah yang lainnya. Tapi setelah kelulusan SMP saya merasa tenang dan tidak ada masalah apapun.
Memasuki dunia SMA saya pun meneruskan disekolah itu juga karena saya sudah merasa nyaman dengan teman-teman saya disana, hanya ada beberapa murid baru yang memasuki tingkat SMA, dengan berat hati pada masa SMA ini saya tidak bisa menikmati masa SMA seperti yang saya bayangkan, karena saya harus mengurusi suatu Organisasi Osis yang secara tidak sengaja tanpa kemauan saya sendiri. Ditambah saya terpilih menjadi Ketua Angkatan di tahun ketiga masa SMA saya, sebenarnya ini sangat-sangat memberatkan hati saya dan melelahkan diri saya, pasalnya saya adalah orang yang tidak senang mengurusi orang lain, apalagi orang-orang seumuran dengan saya sendiri bahkan ada beberapa yang lebih tua dari saya itu sangat menyulitkan karena tuntutan saya adalah untuk mengatur mereka semua agar tidak melewati batas aturan yang ada terlebih lagi banyak diantara  mereka yang merupakan para murid nakal yang susah untuk diatur, saya hanya seorang yang ingin mempunyai masa indah dan tenang di SMA nya tetapi takdir mengatakan lain.
Tetapi untunglah saya bisa menjalani itu semua dengan lumayan baik, walau saya tidak bisa meneruskan jabatan saya sampai akhir tahun dikarenakan ayah saya memindahkan saya lagi ketika saya duduk di bangku kelas dua, memasuki semester dua ayah saya menarik saya kembali untuk bersekolah di SMA swasta dekat rumah. SMA itu bernama SMAPlus Permata Insani Islamic School yang merupakan cabang dari sekolah Islamic Centre yang memiliki nama yang cukup populer di kota saya karena itulah ayah saya menempatkan saya disana pada pertengahan tahun masa SMA saya. Tujuannya agar saya bisa mencapai masa depan yang lebih baik lagi kelak.
Disekolah baru saya yang selanjutnya saya merubah perilaku dan menutup kepribadian saya saya lebih suka menjadi murid biasa, lingkungan baru haruslah pengalaman baru, ternyata luayan enak juga menjadi murid yang biasa-biasa saja. Tidak merasa kesepian karena menyendiri tidak juga meras resah karena banyak yang bergantung. Bahkan terkadang saya tidak mengikuti kegatan atau tuntutan yang bersifat wajib yang sangat membosankan. Karena terkadang nama say lupa mereka cantumkan di jadwal kegiatan wajib di mading. Itu memang berarti saya terlupakan tapi, saya tidak merasa keberatan sedikitpun karena saya menjadi tidak tebebani dengan kegiatan-kegiatan membosankan itu. Lagi pula masih banyak yang lebih penting yang harus saya kerjakan diwaktu luang. Im so glad...
Di SMA saya tidak merasa kesulitan yang besar hanya saja lagi-lagi eksactlah yang jadi hambatan, ya saya hanya harus mengejar beberapa materi yang tertinggal, saya sudah pernah melakukannya dulu jadi saya hanya harus menyesuaikan lingkungan yang baru ini dan mengejar dengan metode yang sama dengan dulu. Anehnya setiap pulang sekolah ayah saya selalu mengintrogasi saya mengenai sekolah baru saya, apakah lebih baik? Mana yang lebih berkualitas menurut kamu? Guru-gurunya lebih profesionalisme mana? Sepertinya ayah saya sedikit tidak yakin dan terbuburu-buru dalam mengambil keputusan. Dan pada akhirnya menyesal memilih sekolah itu untuk tahun kelulusan saya. Mengapa menyesal? Mungkin karena sekolah baru saya ini ternyata memiliki sistem belajar yang kurang bagus, mungkin karena itu adalah sekolah baru dan karena itu mereka tidak memiliki banyak pengalaman. Ah... itu sama artinyasaya masuk pada tahun dimana angkatan itu adalah angkatan percobaan. Di SMA luar ini (begitu anak pondok memanggilnya) saya hanya menghabiskan masa terakhir SMA saya hanya satu setengah tahun dan bisa dbilang inilah surga anak SMA disini saya baru bisa merasakan enaknya masa SMA itu, tanpa beban, tanpa pikiran, dan semua hanya mengalir mengikuti arus air. Memang ada yang namanya ujiannegara yang disingkat UN tapi kami hanya menanggapinya dengan santai memang sudah dipersiapkan pembelajaran intensif sejak memasuki tahun terakhir SMA tapi kami tidak begitu memikirkannya, dan pada akhirnya kami mengumpulkan semua tugas kami di bulan-bulan terakhir sekolah kami yaitu deti-detik menjelang UN, tentu saja kami tidak mendapatkan hasil yang maksimal tapi setidaknya kami semua lulus dengan murni dan 100% dari kami semua dinyatakan lulus dengan hasil sendiri, tanpa magic, tanpa bocoran, dan tanpa pengawas yang bersekongkol.
Entah harus berapa lembar lagi cerpen yang harus saya tulis, bahkan saya tidak tahu berapa lembar yang sudah saya tulis disini bahkan mungkin mencapai sebagiannya saja tidak. Saya yakin anda akan pusing, jenuh, dan bosan membaca cerita satu ini. Tapi apa boleh buat ini adalah kewajiban dan saya tidak bbisa menolak sebenarnya bisa saja saya menjiplak karya orang lain yang sudah disajikan di media internet tapi saya tidak mau melakukannya karena itu sama saja dengan plagiat dan jujur saya  tidak menyukainya bila dituang dalam karya tulis saya sendiri. Baiklah sya akan melanjutkan bercerita, masih seputar dunia SMA, sekarang apa yang mau kamu dengarkan dan ketahui mengenai kehidupan SMA? How about love? Oh, sayangnya saya tidak punya banyak sejarah menarik menngenai emosi satu ini, karena saya adalah orang yang berkarakter cuek pada lingkungan sekitar. Biasanya jika membicarakan tentang anak SMA sering terlintas katak-kata pacaran, tetapi hal ini tidak terjadi pada saya. Saya memang tidak pernah menjalin hubungan cinta dengan seorang anak laki-laki sejak saya lahir, ya tidak seperti anak SMA pada umumnya, tetapi saya akui rasa suka setiap orang tidak dilarang untuk merasakannya. Saya juga pernah beberpa kali menyukai orang dan saya pun tahu ketika ada orang lain yang menyukai saya, saya tidak melarang diri saya untuk menyukai orang lain dan saya pun tidak melarang apabila ad orang yang menyukai saya, itu adalah hak setiap orang. Pernah suatu hari saya menyukai seorang kakak kelas ketika saya masih dipesantren, awalnya ustru saya tidak menyukai orang semacam dia dengan gaya seakan-akan dia yang paling tampan digenerasinya dan juga meremehkan orang lain bahkan orang itu kadang mencela dan tidak menyukai gadis-gadis yang memuja-mujanya apabila gadis itu tidak cantik. Tingkah lakunya benar-benar membat saya muak! Tetapi berbeda sekali dengan teman dekatnya yang jelas-jelas jauh lebih tampan dan lebih gagah dibandingnya. Temannya ini berkarismatik, sopan, ramah pada semua orang bahkan dia mempunyai fans clubnya sendiri, sangat pintar dalam olahraga terutama bela diri nya yang merupakan awal memukau para fansnya. Sebenarnya yang saya sukai pertama kali adlah orang ini, tapi saat memasuki SMA sayangnya dia memilih sekolah lain untuk menlanjutkan pendidikannya dan meninggalkan sekolah juga kami.
Dan tentu saja setelah kepergiannya menjadikan kepopulerannya berpindah pada temannya yang super sombong itu, awalnya saya berpikir kenapa orang sesombong itu banyak disukai orang, bahkan wajahnya saja seperti anak gadis, badannya kurus tidak tinggi juga, tapi mengapa saya membencinya padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada saya secara kami tidak pernah berkenalan satu sama lain, kami juga berbeda angkatan dan sudah pasti kami sama sekali belum pernah berinteraksi ditambah lagi angkatan saya adalah musuh besar bagi angkatan dia. Mungkin karena saya membenci orang itu saya jadi mendapat karma dari Tuhan tiba-tiba suatu hari saya menyukai orang itu. Kemudian berlangsung pada cerita lain, di SMA pun saya pernah menyukai rang lain juga orang itu tampan, cerdas, dan baik. Tapi saya tidak lama mennyukainya karena suatu hari saya melihat dia dihukum dan kemudian dia menjadi botak! Sejak sat itu saya baru sadar ternyata yang selama ini saya sukai bukanlah orang itu tetapi rambut yang ada di kepala orang itu, terbukti ketika saya melihat rambutnya sudah hilang saya sudah tidak malas untuk melihatnya, haha suatu cerita yang sedikit lucu. Baiklah sdah cukup bercerita mengenai mas labilnya. Karena bila dihitung-hitung laki-laki yang pernah saya sukai pada ujungnya hanya berakhir dengan kata suka saja setelah itu tidak ada cerita lagi.
Berlanjut pada keluarga, saya adalah anak ketiga dari empat beraudara saya memiliki dua orang kakak laki-laki yang seling diantara kami hanya tiga tahun dan seorang adik perempuan yang tomboy dan berseling dua kali lipat dari saya yaitu enam tahun. Ayah saya adalah pegawai swaata biasa sedang kan ibu saya adalah ibu rumah tangga seperti ibu-ibu yang lain.
Untungnya kakak laki-laki pertama saya sudah menikah tahun lalu sehingga mengurani sedikit beban orang tua saya, sedangkan kakak laki-laki kedua saya tahun ini akan menjalani sidang nya setelah itu akan melakkukan wisuda kelulusan dan tentu saja dia sudah mendapatkan tawaran kerja dari perusahaan besar. Untunglah beban kedua orang tua saya sebentar lagi akan berkurang. Tinggal kewajiban mereka untuk menyekolahkan saya dan adik saya yang masih butuh pendidikan. Jujur saya meras kasihan pada kedua orang tua saya yang sejak dulu selalu berusaha untuk menyekolahkan kami berempat sedangkan kami tahu biaya sekolah bahkan sampai pendidikan tinggi tidak lah murah apalagi sekarang ini adlaha zaman modern yang apa-apa membutuhkan internet dan teknologi tentu itu makin memberatkan pengeluaran orang tua saya. Karena bila tidak mengikuti zaman maka pendidikan kami pun akan tertinggal dan berarti sia-sia.
Keluarga segalanya bagi saya, karena merekalah saya bisa sampai disini, karena merekalah saya memiliki semangat untuk tetap maju untuk naik dan untuk berhasil. Saya selalu berambisi untuk mencapai sesuatu karena merekalah latar belakang segala usaha saya. Saya pernah berpikir apabila suatu saat nanti mereka tiada mungkin saya juga akan berhenti melangkah, untuk siapa lagi semua hasil usaha saya selama ini jika bukan untuk mereka, saya mempelajari semua ini pun dari sosok kakak saya yang telah bersusah payah dan berjuang keras untuk menjadi contoh dan panutan bagi adik-adiknya. Bagi saya dialah sosok laki-laki yang saya kagumi dan sangat dewasa juga banyak berkorban. Saya tidak akan menyerah juga untuk bisa membahagiakan kedua orang tua saya. Kakak saya tidak bisa meneruskan pendidikannya dan juga mengubur cita-citanya, demi pengorbanannya pada keluarga, maka saya tidak mau menyia-nyiakan pengorbanannya dan saya harus berjuang untuk meneruskan cita-citanya.
Saya sadar usaha dan kerjakeras keluarga saya tidak seharusnya berakhir sia-sia, terutama ayah saya yang sudah hampir 30 tahun pulang pergi ke tempat kerjanya dengan sepeda ,otor setiap harinya, kadang jika melihatnya pun saya sangat sedih dan tidak pantas jika imbalan yang saya berikaka pada ayah saya hanya tangan kosong karena banyaknya kesenang-senangan yang tidak berguna. Setiap pagi ayah saya bangun subuh setelah itu bersiap-siap untuk bekerja mengingat jarak antara rumah dan tempatnya bekerja, karena itu ayah saya harus bangun lebih awal supaya tidak terlambat sampai kesana bayangkangkan hal ini berlangsung hampir selama 30 tahun jika saya yang melakukan hal itu saya sudah tidak tahan lagi, belum lagi perjalanan pulang yang selalu macet membuat sakit kepala ayah saya beberapa tahun terakhir ini. Itulah penderitaan ayah saya dan tanpa melakukannya saya sudah bisa merasakan kesengsaraannya.
 Disela-sela kesibukannya ayah saya masih sempat mendidik anak-anaknya dengan ketegasan dan kebijakan dalam menjalani hidup. Ayah saya selalu mengajarkan bahwa waktu adalah pengatur hidup seseorang, jika seseorang bisa mengatur waktunya maka dia akan menang mengendalikan hidupnya tapi jika seseorang itu justru diatur oleh waktu maka dia akan termakan oleh kehidupannya sendiri dan berakhir terpuruk pada dirinya sendiri.
Jujur saya bukanlah anak yang pandai dan cekatan tapi saya salah satu orang yang mau berusaha dan itulah ilmu andalan saya agar saya tidak tertinggal dari yang lain. jujur saya juga merasakan beban yang seharusnya tidak dipikirkan oleh anak seumuran saya, tapi walau pun saya mencoba untuk tidak memikirkannya tetap saja ada rasa yang terus menganggu hati dan pikiran saya seperti semacam tuntutan yang harus saya peuhi dan bukannya menghiraukannya.
Bahkan ketika dulu saya berjuang untuk mengejar teman-teman saya disekolah baru saya, saya hampir menghabiskan semua waktu luang saya untuk belajar-belajar dan belajar walaupun terkadang saya tidak mengerti apa yang sedang saya baca saya tetap menghafalinya, bahkan sampai sekarangpun saya masih tetap tidur larut malam karena beberapa tugas dan pekerjaan yang saya kerjakan. Saya tidak bisa mengerjakannya pada siang hari karena banyaknya hal yang saya lakukan untuk membantu pekerjaan orang-orang rumah. Pasalnya sekarang ini saya sedang menumpang dirumah orang lain karena untuk melanjutkan pendidikan jenjang S1 ini sudah banyak menarik kantung orang tua saya karena itu saya tidak mau menambah tanggungannya untuk biaya hidup saya yang lain selain uang jajan seperti uang makan dan uang kostan karena itulah saya tinggal dirumah saudara saya untuk meminimalisir biaya pengeluaran orang tua saya karena jarak rumah saudara saya ini lumayan dekat juga dengan lokasi sekolah.
Sekarang ini saya meneruskan  pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Gunadarma, say masuk ke sekolah ini pun berdasarkan arahan dari ayah saya sendiri dan semuanya berdasarkan intruksi ayah saya. Awalnya memang saya mengikuti ujian yang diselenggarakan negara untuk para lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, tapi saya hanya mencoba sekali dalam satu kali kesempatan sebenarnya saya sudah tahu kalau saya tidak akan lolos, karena dilihat dari peluang yang ada, jumlah kuota yang sedikit sedangkan peminat yang begitu banyak belum lagi ini persaingan dengan angkatan 3 tahun terakhir. Tentu saja hampir semua anak diseluruh indonesia mengikutinya. Lagipula sebelum diadakannya ujian negara untuk menentukan kelulusan SMA saya sudah lebih dulu mendaftar di Universitas Gunadarma. Karena disini saya bisa mendapat peluang yang cukup besar daripada bila nanti saya masuk negeri dan memilih jurusan yang mudah dan tidak banyak diminati orang. Dan sekolah di Gnadarma cukup menyenangkan, dan rasanya tidak jauh berbeda dengan saat SMA, guru SMA saya selalu bilang bila nanti kita kuliah semua akan masing-masing dan kita akan merasa sendiri, nyatanya saya merasakan solidaritas yang kuat disini, selain itu bila disamakan dengan SMA dulu disini lebih asik karena banyak dari kita berpikir dewasa dan tidak mementingkan ego masing-masing sedangkan di SMA saya masih banyak menjumpai hal-hal yang selfish dari anak-anaknya bahkan banyak tingkah mereka yang kanak-kanakan. Kembali pada cerita sebelumnya.
Saya tinggal dirumah saudara saya lebih tepatnya kakak dari ayahnya saya sebut paman, paman punya istri orang medan dan mempunyai tiga orang anak, dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Sayangnya anak laki-lakinya yang statusnya anak terakhirnya sudah menikah lebih dulu melangkahi kedua kakak perempuannya. Sedangkan  kedua anak perempuannya  satu sama lain hanya berjarak dua tahun. Jadi tidak heran keduanya sering sekali bertengkar dan berselisih hal yang tidak penting. Tapi saya akui keluarga ini cukup baik untuk menampung saudara-saudaranya dirumahnya yang cukup besar. Pasalnya bukan hanya saya saja yang ada dirumahnya ada beberapa saudaranya yang lain. bahkan sudah sejak dulu mereka sudah banyak menampung orang, dari zaman ayah saya yang tinggal disana sewaktu muda hingga sekarang berganti ke zaman anaknya. Sebenarnya mereka pun tidak merasa keberatan dengan kehadiran orang-orang lain tak diundang dirumahnya. Justru mereka senang karena anak-anak itu meramaikan rumahnya, saya akuui rumah itu memang tidak pernah sepi dari orang-orang penumpang, tidak pernah kosong kamar-kamarnya selalu saja ada yang mengisinya dan itu pun berganti-ganti tidak selamanya.
Saya baru menjalani 4 bulan tinggal bersama mereka, awalnya saya merasa takut dan enggan, bagaimana bila mereka tidak menyukai saya karena saya malas? Tetapi tidak begitu juga, karena rata-rata dari mereka justru bersikap cuek bahkan ada anak yang lebih malas daripada saya yang juga menumpang disana jadi saya tidak begitu khawatir, tapi tetap saja yang namanya ikut orang itu harus tahu diri juga. Setidaknya saya rajin membantu pekerjaan mereka, tapi hanya yang bisa saya kerjakan saja dan kecuali memasak. Itu adalah pekerjaan yang paling saya tidak bisa. Karena saya sering membantu lama-lama mereka pun banyak yang menyuruh-menyruh saya mengerjakan hal-hal kecil, lebih pastinya sih meminta tolong tetapi saking terlalu seringnya saya jadi tidak memiliki waktu luang saya sendiri dan jujur itu sedikit membuat saya menderita apalagi saya tidak bisa mengejakan tugas-tugas kuliah saya yang semakin hari semakin menumpuk. Dan kemudian ini semua jadi membuat saya jengkel terkadang apabila saya sedang dalam kondisi sangat lelah saya harus tetap mengerjakan hal-hal lain. huft... melelahkan!
Sebenarnya tinggal dirumah orang lain itu merupakan siksaan batin juga untuk saya. Pasalnya saya harus banyak-banyak membantu terutama dalam hal kebersihan rumah tetapi saya juga harus bekerja keras untuk kuliah saya. Karena itulah pada siang hari saya bekerja dengan fisik dan pada malam harinya saya bekerja dengan otak dan kemampuan psikis saya. Entah saya bisa menahannya sampai empat tahun sampai saya lulus atau tidak, saya tidak bisa mengatakan ya atau tidak sekarang yang sayadahulukan adalah saya harus berusaha lebih dahulu dan memikirkan rasa lelahnya nanti saja. Jika ditanya mengenai rasa lelah tentu saya merasakannya belum lagi para tuan rumah disini lebih suka menyuruh saya untuk hal-hal yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Bahkan mereka sampai lupa bahwa saya adalah manusia juga dan memiliki tingkat kelelahan yang biasa. Tapi saya tetap tidak bisa menolak apabila seiap dari mereka memerintahkan sesuatu pada saya, karena tuntutan balas budi juga yang tertanam di pikiran saya. Itulah sebenarnya tidak enaknya menumpang hidup pada orang lain kita harus berusaha keras agar tidak jadi benalu dan sebaik mugkin bisa berguna. Tetapi tetap saja menusia mempunyai kadar kelelahan juga yang tidak bisa dihindari. Kadang walaupun sangat lelah saya tidak bisa menolak apa mau mereka. They are the bos and iam just a servant. but just for this time, then we’ll prove that who’ll be the bos next!.
Apa kalian yahu tentang cerita cinderella? Tentu kalian tahu cerita disney ini. Jika dipikir-pikir dan disamakan cerita saya ini seperti kisah cinderella itu juga, mari kita ibaratkan dua orang kakak perempuan sebut saja si tua dengan si muda walaupun selisih keduanya hanya dua tahun, kakak perempuan saya yang tua bertubuh tinggi dan kurus mirip dengan kakak tiri cinderella yang pertama sedangkan kakak perepuan saya yang muda bertubuh lebih pendek dari yang tua dan tubuhnya pun lebih berisi dari si tua. Sedangkan ibunya bertubuh tinggi dan kelihatan usia telah membuat tubuhnya tidak seksi lagi dan dia juga sama cerewetnya dengan ibu tiri cinderella tambahan disini ada sang nenek kakak beradik si kembar perempuan kakak tiri cinderella yang karakternya lebih mirip ibu tiri cinderella yang cerewet dan selalu memihak sang anak kembar tak jadi itu, dan selalu menuruti kedua cucu kesayangannya dan tidak berani menyanggah ucapan sang cucu kesayangan juga selalu saja meminta saya untuk menuruti kemauan-kemauan sang cucu yang menyusahkan itu. Dan tentu saja yang menjadi cinderella yang menderita adalah saya sendiri bedanya disini saya tidak lah secantik cinderella dan juga tidak seberuntung cinderella yang mempunyai ibu peri, disini juga tidak ada cerita sang pangeran yang akan menyelamatkan hidup cinderella, disini saya sendiri lah yang hanya bisa menyelamatkan hidup saya sendiri. Dengan tekad dan kemauan saya sendiri untuk terlepas dari kutukan dongeng tak karuan ini.
Disamping itu saya terpacu untuk tetap bertahan dalam situasi apapun berkat semangat yang termotivasi dari keadaan keluarga saya, ketika melihat ibu dan ayah saya, saya melihat kerutan yang semakin banyak saat mereka menutup mata mereka, terpancar raut wajah yang lelah. Mereka bukanlah diwaktu muda lagi, bukanlah waktu untuk bekerja keras lagi, mereka seharusnya sudah duduk tenang dan menikmati hasil dari apa yang ditanamnya.
Ibu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa tapi, karena mungkin pengeluaran keluarga yang semakin lama semakin besar sejak saya memasuki kelas empat SD ibu saya mulai membuka sebuah toko dan sampai sekarang ibu saya masih mengurusinya.
Setiap hari ibu saya membuka oko sampai malam, bahkan rumah pun selalau kosong setiap siang, rumah saya hanya ditempati orang dari jam sembilan malam sampai jam tujuh pagi selebihnya rumah ini kosong. Sebenarnya saya sedih karena semenjak itu kami jarang sekali menghabiskan waktu keluarga bersama, masing-masing orang sibuk dengan urusannya sendiri.
Ayah saya pun lebih banyak lembur dan pulang malam, sedangkan kedua kakak saya sudah bersekolah terpisah dari rumah sejak dulu. Dan saya pun sekolah berasrama jadi saya sendiripun jarang sekali dirumah, tapi untunglah sekarang ini anak-anak ibu saya sudah besar semua kami sudah bisa berpikir hal yang baik untuk kami sendiri, sekarang ayah juga sudah memulai membuka usaha untuk persiapan pensiunnya, beliau mencoba untuk beternak telur burung puyuh, alasannya karena burung puyuh tidak memakan banyak tempat seperti unggas yang lain selain itu telur, daging, dan kotoran puyuh ketiganya bisa dijadikan ladang  industri.
Dan saya pun setiap hari turut berpatisipasi untuk ikut mengurusi pekerjaan baru ayah ini walau sedikit tidak menyenangkan pekerjaannya. Setiap hari membersihkan kandang, mengambili telur memberi makan, dan memberi minum, juga memisahkan antara puyuh yang kecil dengan yang besar.
Sedih rasanya bila harus melihat kedua orang tua saya terus bekerja keras, jujur saya lebih menyukai melihat orang tua saya mengurusi ternak kecil barunya. Saya melihat tidak ada beban dimata mereka, mereka terlihat lebih lepas dan bebas. Semoga ternak kecil ini bisa menjadi ladang penghasilan baru untuk kedua orang tua saya kedepannnya. Melihat mereka bersusah payah merupakan siksaan batin juga bagi saya, kadang melihat mereka begitu membuat hati saya tersayat dan ingin menangis. Karena itulah saya senang bila membantu mengurusi ternaknya.
Umur ayah dan ibu saya memanglah diumur muda lagi umur mereka sudah di kepala lima apalagi ayah saya sebentar lagi memasuki kepala enam. Mereka sudah harus tidak bekerja lagi dan istirahat diusia senjanya, tapi mau bagaimana lagi kami masih belum bisa mencukupi kebutuhan kam,i sendiri dan bila dilihat dari hukum kami memang masih merupakan tanggungan orang tua kami, tapi sebenarnya kami tidak mau melihat mereka bersusah payah lagi. Apakah kami harus menutup telinga dan pura-pura tidak mengetahui keadaan yang ada? Sebenarnya hati kami menangis tapi keadaan tidak mengabulkan apa yang kami inginkan dan sayang nya keberuntungan kali ini tidak memihak pada kami...
Hal yang paling berharga dalam hidup ini sesungguhnya adalah kebahagiaan batin kita. Manusia siap menukar apa pun demi kebahagiaan hidupnya. Sayang, tak seorang pun mampu mengukur seberapa berharga kebahagiaan yang telah kita temukan dalam hidup ini. Kebahagiaan memang bukan untuk diukur, atau bahkan dipertanyakan. Maka mungkin, jawaban terbaik atas pertanyaan itu adalah senyuman tanpa kata, namun penuh makna.
Masalah memang salah satu beban hidup, bila manusia tidak memiliki beban itu merupakan suatu kebohongan. Faktanya manusia dibumi ini hidup dengan tanggung jawab masing-masing pada diri mereka. Tanggung jawab itu sediripun merupakan beban bagi manusianya. Beban itu sendiri membatasi manusia dalam berperilaku dan bertindak. Karena itulah, bila seseorang menganggap dirinya tidak mempunyai beban, bolehlah dia bicara apa saja semaunya, mengkritik siapa saja, atau berpendapat dimana saja. Dia mungkin mengira dirinya bebas dan tak perlu takut pada apa pun. Namun, pertanyaannya ialah: “Benarkah anda tidak memiliki beban meski hanya secuil?”
Setiap orang dianugerahi bahu. Itu berarti, setiap orang sedang memikul beban, tak peduli apakah beban itu kasat mata atau terawang saja. Bahu adalah tempat tugas, tanggung jawab dan kepedulian bertempat.
Jadi bila seseorang merasa tanpa beban lalu bebas begitu saja, maka jangan-jangan dia sedang merasa tidak bertanggung jawab atau bahkan sedang tidak peduli! Kebebasan berbicara bukan alasan untuk tidak bertanggung jawab. Kebebasan bertindak bukan alasan untuk tidak peduli. Karena itulah, sebelum berbicara, sebelum bertindak, kita tanyakan apakah kita benar-benar telah paham tanggung jawab kita? Dan apakah kita telah benar-benar peduli?
Tetapi bila seseorang menganggap masalah sebagai beban, dia mungkin akan menghindarinya. Bila seseorang menganggap masalah sebagai tantangan, dia mungkin akan menghadapinya. Namun, sebenarnya masalah adalah hadiah yang dapat  diterima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, kita dapat melihat keberhasilan di balik setiap masalah. Itu adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Oleh karena itulah, hadapi dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses. Tanpa masalah, kita semua tidak akan bisa memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah semua ini sebagai hadiah.
Seperti halnya hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat dimalam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku. Sesaat kemudian, bukan kematian yang mereka terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu kehebatan dan kelebihannya itu adalah terbang. Seperti filosofi sang anak elang bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak akan menemukan jadi diri sendiri dan tidak akan menjadi seseorang yang sejati.
Dan bila kita melakukan kesalahan akuilah kesalahan kita. Cobalah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab. Mengakui kesalahan bukanlah pertanda kelemahan. Justru diperlukan kekuatan yang luar biasa besar untuk mampu melihat dan mengakui kesalahan. Itu adalah hal yang sangat mengagumkan dibandingkan apapun. Terlebih lagi untuk meminta maaf sekaligus membangun komitmen baru untuk memperbaikinya merupakan perbuatan yang jarang sekali bisa dilakukan orang, padahal ini adalah al yang sangat sederhana. Sebagai manusia, kita takkan bisa mencapai kesempurnaan. Kebijakan dan pelajaran hidup takkan tercapai dengan mengejar kesempurnaan. Namun, kesalahan adalah teman terbaik yang membisikkan bagaimana kita sebaiknya bertindak. Dengan mengakui kesalahan kita membungkam semua celotehan dan mengubahnya menjadi rasa hormat. Yang perlu kita lakukan adalah bertindak benar. Salah satunya, yaitu dengan harus berani mengakui kesalahan.
Saya pun masih teringat sewaktu kanak-kanak dulu, betapa ngerinya mengakui kesalahan. Terkadang saya bisa dihukum berdiri di depan kelas, atau menerima jeweran, yang meski tak menyakitkan namun membuat hati terluka ditambah lagi rasa malu dihadapan teman-teman kelas. Apa kalian tahu, terkadang kita dihukum bukan karena mengakui kesalahan, namun karena tak mau mengakui kesalahan pada waktunya. Bahkan, kini pun masih banyak orang takut mengakui kesalahan. Padahal, dengan mengakui kesalahan dan bersedia menerima konsekuensinya, kita dapat tertidur dengan tenang di malam hari dan tak perlu takut untuk bangun keesokan harinya. Memang, esok hari hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang berani menghadapinya.
Ketika melakukan kesalahan, sadarilah bahwa kita hanyalah manusia biasa. Dan, inti kemanusiaan adalah ketidaksempurnaan. Kita hanya perlu menjadi lebih baik. Ini bukan berarti kita harus melakukan kesalahan. Namun, kita harus menyadari bahwa kesempurnaan itu tak usah diupayakan. Bila kita menuntut kesempurnaan pada diri sendiri, terlebih pada orang lain, maka itu sama saja berjalan di jalur yang menyesatkan. Kesempurnaan ini hanya akan membebani langkah kia sendiri. Alih-alih melangkah maju, malah salah melangkah atau tak memiliki kekuatan untuk berjalan. Bila kita ingin meraih yang terbaik dari diri sendiri dan orang lain, maka biarkan kemanusiaan kita menuntun arah kehidupan kita, yaitu dengan mengandalkan petunjuk kesalahan.
Bila diibaratkan sama halnya seperti menonton film, sangat menyenangkan menonton film dimana sang jagoan selalu menang dan tak mungkin terluka. Tapi, kita tahu itu tidak ada. Meski hanya di film, suatu saat kita akan merasa bosan dan dikibuli. Itulah mengapa, bila kita merasa harus selalu benar dan menganggapnya sebagai kesempurnaan, itu sama saja menipu diri sendiri. Jangan biarkan diri kita melakukan kesalahan. Demikian halnya, jangan paksa diri sendiri untuk melakukan kesempurnaan. Akuilah bahwa kita adalah manusia biasa. Maka dengan begitu kita akan merasa sangat terhormat di mata diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian menjalani idup dengan rasa tenggang diri akan menjadikan hidup ini berarti juga jangan lupakan semangat sebagi motivasi yang akan mendorongmu mendapatkan hidup yang lebih baik, Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban. Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.
Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa! Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang. Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya. Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.
Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!
Dan teruslah menggapai impian kita dan jangan terpengaruh oleh pendapat orang lain mengenai dirimu dan impianmu, Ada pepatah mengatakan “Jangan biarkan orang lain membunuh impian anda. Maju terus, hadapi semua rintangan dan raih impian anda”. Jika seseorang bertanya pada anda, "Hal apa yang paling berharga yang telah anda dapatkan dalam hidup ini?" Maka, jawaban apa yang anda berikan? Apakah anda menunjukkan berapa banyak uang, tabungan dan kekayaan yang telah anda peroleh? Padahal siapa pun tahu, seringkali uang bukanlah hal yang paling berharga dalam hidup ini. Apakah anda membanggakan kesehatan dan kekuatan diri anda? Padahal siapa pun tahu, pada waktunya tubuh akan menua dan renta. Atau apakah anda membuktikan kepandaian dan kelebihan anda? Padahal siapa pun tahu, setinggi-tinggi langit selalu ada langit di atasnya.
Sebenarnya seseorang akan memiliki lebih banyak waktu dengan tidak mengkritik. Setiap orang memahami sesuai dengan prasangkanya. Dan mereka berhak mempertahankan pendiriannya. Jadi untuk apa membebani diri sendiri dengan mengkritik apa yang terjadi pada diri orang lain. kita semua tak selalu memahami segala sesuatu. Mungkin saja kita tidak melihat sesuatu yang dilihat orang lain. Namun, keterbatasan pikiran mengaburkannya sehingga seolah kita yang melihat sesuatu yang tak dilihat orang lain. Bersikaplah jujur. Sungguh jauh berbeda antara mengecam orang dengan menolong. Kecaman melemahkan Sedangkan pertolongan memperkokoh dan itu berlaku bagi yang memberi maupun yang menerima. Bila diibaratkan ada perahu yang sedang bocor di tengah lautan. Kritik pada si pembuat perahu tidak akan menolong seseorang dari ketenggelaman. Yang harus dilakukan dilakukan yaitu dengan menambal lubang itu atau terjun ke air untuk berenang. Ini akan menolong diri sendiri dibandingkan dengan menghabiskan waktu untuk mengkritik sang pembuat perahu. Semua tindakan  merupakan tabungan bagi diri sendiri, yang akan kita tarik kelak. Dan seburuk-buruknya simpanan adalah kecaman. Sedangkan pertolongan selalu memberikan bunga yang terbaik. Lagipula kita tidaklah harus mencari keburukan, apalagi keburukan orang lain, itu semua tidak ada untungnya bagi diri sendiri. Malah justru akan membawa bencana untuk diri sendiri. Satu-satunya hal yang akan ditunjukkan oleh orang lain, bila anda meminta, adalah sisi baiknya. Orang cenderung menutupi kelemahannya. Orang selalu berharap kebaikannya bisa dirasakan oleh orang lain. Bila kita memuji dengan tulus kebaikan seseorang, ia akan berbuat lebih baik lagi. Bila kita menunjukkan minat dan penghargaan pada karya seseorang, ia akan melakukan lebih bagus lagi. Jadi, untuk apa mencari sisi buruk orang lain. Ini bukan saran agar kita menjadi menyenangkan dan disukai oleh orang. Namun, agar kita bertindak efektif, produktif dan efisien. Bukankah tujuan manajemen hidup adalah menggali apa yang lebih baik dari organisasi? Carilah sisi baik orang lain, maka kita akan mendapatkan hal yang baik pula. Filosofinya seperti bila kita mencela lukisan anak TK, ia takkan menggambar lagi untuk kita. Bila kita mencemooh hasil kerja tukang batu, ia takkan memenuhi panggilan kita lagi. Mencari sisi baik orang lain, bukan sekedar memuji. Namun memberikan kepercayaan. Hanya orang yang percaya yang mau mengeluarkan seluruh kemampuannya. Pada akhirnya, dengan mencari sisi baik orang lain, kita akan menemukan sisi baik dari diri sendiri. Yaitu, dengan mampu menemukan hidup yang penuh kebaikan dan penuh arti dalam impian-impinnya.
Setiap orang mempunyai impian, impian merupakan salah satu faktor untuk kita mengapai cita-cita yang tinggi mengunung, kadangkala apabila terkenangkan perjalanan hidup ini, hati bagai digeletik, betapa besarnya kuasa sang pencipta,tidak pernah terlintas di hati ini, aku mampu sampai ke tahap ini, satu tahap yang suau saat nanti mampu untuk membanggakan keluargaku, inspirasi kepada teman-temanku, harapan untuk mereka yang masih mencari hala tuju di luar sana, coretan ini bertintatakan air mata, suka duka, nilai tawa, sedu sedan, maka terciptalah sebuah cerita kehidupan dan semoga ada pelajaran bagi siapapun yang membacanya. \\{^~^}//














































PUISI TENTANG AYAH DAN IBU




--------------------------------------------------------------1-------------------------------------------------


Ayah...
Suaramu membangunkanku setiap fajar
Tergesa-gesa...
Umurmu bukanlah lagi diwaktu pagi
Seharusnya kau duduk dan menikmati hasil upayamu
Semua tahu, waktu tidak mengijinkanmu berhenti
Tanggung jawab terus memenuhi punggungmu
Seperti kolam air...
Kolam itu terus diisi, padahal harusnya kau mengosngkannya...
Tapi kau berlapang dada
Membiarkan kami terus saja memenuhinya...
Jiwamu begitu besar...
Tak pernah jemu kau memikirkan kami
Tapi apalah balasan kami...
Bahkan kau tidak mengharapkan apapun dari kami...


-------------------------------------------------------------2-------------------------------------------------

Ketika waktu membawaku tenggelam
Kehidupan melupakan ku akan siapa diriku
Ego dan emosi menutupi harga diri dan jati diri
Merasa diri paling berkuasa...
Tidak sadar aku telah jatuh
Jatuh dilembah yang kubuat sendiri
Tak hirau kata-katamu
Tak peduli perhatian dan nasehatmu
Tak memahami betapa khawairnya kau pada anakmu

Apa yang telah ku berikan pada mereka?
Aku  terlalu sering menutup telinga
Tidak ingin tahu apa keadaan mereka
Seringkali membantah nasehat mereka
Seringkali kulawan dengan kata-kata yang kasar
Tidak sadarkah aku bahwa mereka tidak selamanya ada
Bahwa tidak selamanya mereka bisa menasehati memberi perhatian

----------------------------------------------------------3-----------------------------------------------------

Tubuh yang gagah kini sudah membungkuk
Rambut yang hitam kini memutih
Kulitpun semakin lama semakin berkeriput
Mereka yang menjadi malaikat selama ini
Mereka yang memaafkan segala kesalahan dalam setiap keadaan
Mereka yang tetap menyayangi dalam setiap keadaan
Mereka yang tetap menyebut nama anaknya dalam setiap doanya
Mereka yang mengabdikan hidup untuk kami
Tapi, apa yang telah kami berikan?
Kami bahkan tidak bisa melakukan seperti apa yang mereka lakukan
Kami terlalu sibuk pada urusan masing-masing
Bahkan kami lupa betapa tuanya orang tua kami
Kami lupa orang tua kami membutuhkan kami

Bila memberi pun...
Yang kuberikan hari ini tidak cukup membalas semua
Semua yang kau lakukan
Seribu kata terima kasih pun tidak menutupi semua kasih sayang


--------------------------------------------------------------4-------------------------------------------------

Tiada henti ibu melayani kami
Bertahun-tahun tanpa berat hati
Sejak lahir hingga kini
Tangan mu tak pernah berhenti

Waktu tidurmu hanya sedikit
Kami tak tahu kapan kau menikmati
Tubuhmu makin membesar
Padahal kau hanya makan sedikit

Banyak sel yang sudah berhenti
Fungsi tak sama lagi
Tubuhmu makin lemah
Tapi kau tak mau berhenti

Semua celah kau kuasai
Kau tahu hal yang kami tak tahu

Ibu... adalah atmosfir kami

------------------------------------------------------------5---------------------------------------------------


Lelah jalani hidup...
Kini hanya tinggal memandang waktu
Menunggu apa yang terjadi
Pada hari esok...
Masih adakah jiwa dalam raga?
Apa tujuan setelah ini?
Setelah membayar semuanya...

Mereka adalah semangat....
Mereka adalah tujuan....
Mereka adalah segalanya....